Listen To Me

all about love

Jumat, 25 Desember 2009

What’s wrong with being selfish??

To be honestly, aku suka kesel sama orang-orang yang egois. Orang-orang yang mau menang sendiri dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Buat aku, mereka itu sama saja dengan pecundang.

Berbekal dari ketidaksukaan itulah akhirnya aku selalu meredam keegoisan aku. Aku kesel sama mereka gara-gara keegoisan mereka dan aku ga mau orang lain kesel sama aku karena keegoisan aku. “Jangan berbuat pada orang lain apa yang anda tidak ingin orang lain perbuat pada anda”, itulah fiosofi empati yang aku anut. Jadi aku ga mau egois sama orang lain karena aku ga mau orang lain egois sama aku.

Kalau diliat dari konsepsi psikologi Psikoanalis nya Sigmund Freud, superego aku terlalu dominan dan ego aku ga mampu menundukkan id jadi id selalu mengalah sama superego. Ya, itulah yang terjadi. Aku selalu mengalah sama keinginan dan kehendak aku sendiri karena aku ga mau jadi orang yang egois dan mementingkan kepentingan aku sendiri tanpa memikirkan orang lain. Kalau win-win solution ga bisa tercapai, aku lebih baik mengalah. Aku selalu merasa ga enak hati ketika orang lain harus bersedih karena kalah sementara aku keluar sebagai pemenang. Memang benar aku merasa bangga ketika aku menjadi pemenang, namun aku juga selalu merasa simpati berlebihan kepada orang yang aku kalahkan. Dan kadang terbersit pikiran untuk kuberikan saja gelar pemenang yang aku raih agar aku tidak merasa bersalah.

Itulah kelemahanku. Karena aku selalu mengalah dan tidak bisa memperjuangkan apa yang aku inginkan. Ketika aku sedang berusaha mengejar sesuatu dan harus bersaing dengan teman sendiri, menurutku persaingan itu tidak akan menjadi kompetitif karena aku pasti tidak bisa berusaha dengan keras mengalahkan temanku sendiri untuk suatu hal yang aku inginkan.

Bersimpati, berempati, dan tidak menunjukkan egoisme memang perbuatan yang baik. Dengan begitu aku bisa merasakan solidarisme kepada orang lain. Tapi selalu meredam egoisme dan mencoba terus mengalah juga menurutku kurang baik dan membuat aku menjadi orang yang ga berguna buat diri aku sendiri.

Aku ga mau munafik, aku selalumengharapkan reward dari apa yang aku perbuat. Aku menganut aliran ”what you get is what you did”, jadi apa yang aku dapatkan dan apa yang terjadi sama aku sekarang adalah balasan dari apa yang pernah aku perbuat. Ketika aku mencoba untuk mengalah dan meredam keegoisanku, aku harap aku akan mendapatkan sesuatu yang baik di kemudian hari. Tapi setelah aku sadari, aku malah tidak mendapatkan apa-apa. Mungkin karena lagi-lagi aku mengalah untuk mendapakan sesuatu itu sehingga ketika aku seharusnya mendapatkannya, aku tidak berjuang dengan keras dan alhasi aku gagal mendapatkannya.

Hal itu mungkin yang membuat aku kini merasa bersalah kepada diriku sendiri. Aku merasa tidak berguna karena tidak bisa memberikan apa yag sesungguhnya aku inginkan. Kadang aku ingin mengejar apa yang aku inginkan tanpa peduli kepada orang lain, namun si superego itu terlalu kuat untuk dikalahkan. Aku kesulitan untuk menjadi egois. Mungkin tulisan inilah yang menjadi keegoisanku.